Langit cerah bukan jaminan aman. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali memperingatkan masyarakat terkait potensi cuaca ekstrem yang berisiko melanda sejumlah wilayah Indonesia pada 11 Maret 2025. Fenomena ini mencakup hujan dengan intensitas tinggi yang disertai petir, angin kencang, hingga hujan es di beberapa titik. Kondisi atmosfer saat ini dinilai sangat dinamis dan bisa memicu gangguan serius pada aktivitas harian masyarakat.
“Perlu diwaspadai adanya indikasi aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby serta Kelvin yang memperkuat pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia,” jelas Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto. Ia menegaskan bahwa kombinasi faktor-faktor tersebut dapat memperbesar potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan.
BMKG mencatat setidaknya 25 provinsi berada dalam status siaga cuaca ekstrem. Di antaranya adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, hingga Papua. Peningkatan curah hujan diperkirakan bisa menimbulkan banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan gangguan transportasi darat maupun udara.
Sejumlah ahli cuaca dari berbagai media terpercaya juga menegaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat. “Cuaca bukan hanya soal langit gelap atau terang, tapi bisa berdampak nyata pada keselamatan kita,” ujar pakar klimatologi dari Universitas Indonesia, Dr. Ratri Nugroho. Ia menyarankan agar masyarakat terus memantau pembaruan informasi dari BMKG serta menghindari aktivitas luar ruangan saat cuaca mulai berubah drastis.
Pemerintah daerah pun diminta sigap menanggapi potensi bencana ini. Upaya mitigasi seperti membersihkan saluran air, memangkas pohon rawan tumbang, serta mempersiapkan jalur evakuasi menjadi langkah penting untuk meminimalkan risiko. BMKG juga membuka kanal informasi daring dan media sosial untuk menyampaikan perkembangan cuaca secara real time. Kini, kesiapan masyarakat menjadi kunci utama dalam menghadapi alam yang makin tak terduga.