Jagat maya baru-baru ini dihebohkan oleh unggahan KGPAA Hamengkunegoro, Putra Mahkota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Melalui Instagram Story pribadinya, ia menuliskan kalimat kontroversial: “Nyesel gabung Republik”. Unggahan ini segera viral di berbagai platform media sosial, memicu beragam tanggapan dari masyarakat.
Tak berhenti di situ, Hamengkunegoro juga menambahkan pernyataan tajam lainnya: “Percuma Republik Kalau Cuma Untuk Membohongi”. Meskipun unggahan tersebut telah dihapus, jejak digitalnya telah tersebar luas. Salah satu akun Twitter, @BebySoSweet, mengunggah ulang tangkapan layar tersebut dengan narasi bahwa pernyataan itu mencerminkan penyesalan Keraton Surakarta bergabung dengan Republik Indonesia.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Keraton Solo terkait unggahan tersebut. Berbagai spekulasi muncul di media sosial mengenai latar belakang pernyataan itu, termasuk kemungkinan kritik terhadap kebijakan pemerintah atau masalah internal keraton.
Menariknya, beberapa waktu lalu, GKR Wandansari Koesmurtiyah alias Gusti Moeng, adik Raja Keraton Surakarta, pernah membicarakan soal dana pemeliharaan Keraton Solo. Ia mengungkapkan bahwa pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp1,3 miliar per tahun, yang dianggap tidak mencukupi untuk kebutuhan keraton, termasuk gaji abdi dalem dan penyelenggaraan upacara adat.
Kontroversi ini menimbulkan pertanyaan tentang hubungan antara institusi kerajaan dan pemerintah Republik Indonesia. Apakah unggahan tersebut mencerminkan ketidakpuasan terhadap perhatian pemerintah terhadap keraton, ataukah sekadar bentuk satire dari sang putra mahkota? Publik menantikan klarifikasi resmi untuk memahami konteks sebenarnya dari pernyataan tersebut.