
Arus pendatang baru ke Jakarta menunjukkan tren penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data terbaru pasca-Lebaran 2024 mencatat hanya 7.243 orang yang masuk ke Ibu Kota, jauh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang berkisar antara 20.000 hingga 27.000 orang.
Penurunan ini mencerminkan perubahan pola migrasi nasional. Pemerataan pembangunan di wilayah penyangga seperti Bekasi, Bogor, Depok, dan Tangerang, serta membaiknya infrastruktur dan perekonomian di berbagai daerah, membuat Jakarta tidak lagi menjadi satu-satunya magnet bagi pencari peluang.
Mayoritas pendatang baru berusia antara 25 hingga 29 tahun. Sebanyak 84,12 persen dari mereka berpendidikan di bawah tingkat SLTA, sementara 15,88 persen memiliki pendidikan lebih tinggi. Dari sisi jenis kelamin, jumlah pendatang perempuan sedikit lebih besar, mencapai 3.705 orang, dibandingkan laki-laki sebanyak 3.538 orang. Kota Bekasi, Bogor, dan Depok tercatat sebagai daerah asal terbesar para pendatang, dengan tujuan utama di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur.
Meski angka pendatang baru menurun, populasi Jakarta terus bertambah. Data Long Form Sensus Penduduk 2020 menunjukkan 31 persen penduduk Jakarta lahir di luar provinsi ini. Angka migrasi baru (migran risen) pun relatif rendah, hanya 2,15 persen, mengindikasikan banyaknya penduduk yang sudah lama menetap. Di sisi lain, tingkat kelahiran Jakarta terus merosot, dengan Total Fertility Rate (TFR) hanya 1,75, jauh di bawah angka ideal 2,1.
Situasi ini menciptakan tantangan baru bagi pemerintah daerah. Di satu sisi, Jakarta tidak lagi harus menanggung lonjakan pendatang besar-besaran setiap tahun. Namun di sisi lain, meningkatnya jumlah penduduk tetap menuntut penyediaan layanan publik, infrastruktur, dan hunian yang memadai.
Tren ini sekaligus menjadi cerminan perubahan dinamika urbanisasi di Indonesia. Jakarta tetap menjadi kota pilihan untuk menetap, tetapi daya tariknya sebagai tujuan migrasi utama mulai berkurang, seiring dengan semakin tersebarnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah. ABS