Muzakir Manaf, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mualem, kembali mencatatkan namanya dalam sejarah politik Aceh. Pada 12 Februari 2025, ia resmi dilantik sebagai Gubernur Aceh periode 2025-2030, didampingi oleh wakilnya, Fadhlullah.
Nama Mualem bukanlah sosok asing bagi masyarakat Aceh. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Aceh periode 2012-2017 dan memiliki perjalanan panjang dalam berbagai dinamika politik dan sosial di daerah tersebut.
Dari Pejuang ke Pemimpin
Lahir di Aceh Utara pada 3 April 1964, Mualem mengawali langkahnya sebagai bagian dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ia mendapatkan pelatihan militer di Libya dan sempat menjadi pengawal Muammar Khadafi. Seiring waktu, ia dipercaya sebagai Panglima Gerilya GAM, peran yang membuatnya dikenal luas sebagai sosok yang tegas dan berpengaruh.
Setelah tercapainya Perjanjian Damai Helsinki 2005, Mualem beralih ke dunia politik dan mendirikan Partai Aceh, yang menjadi wadah bagi mantan anggota GAM untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah.
Tantangan dan Harapan Baru
Kini, sebagai Gubernur Aceh, Mualem membawa visi untuk membangun Aceh yang lebih maju, sejahtera, dan harmonis. Salah satu langkah awalnya adalah menghapus sistem kode QR barcode di SPBU, dengan alasan ingin mengurangi potensi konflik di masyarakat.
Dengan kepemimpinan yang dikenal tegas, ia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari pengentasan kemiskinan, pembangunan infrastruktur, hingga menjaga stabilitas daerah. Dukungan maupun kritik terhadap kepemimpinannya tentu akan selalu ada, namun satu hal yang pasti—rakyat Aceh menaruh harapan besar pada langkahnya ke depan.
Akankah Mualem mampu membawa perubahan yang diharapkan? Babak baru ini baru saja dimulai.