
Oleh: Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc (Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan – Fraksi PKS)
Pemerintah Kota Tangerang Selatan kembali menggulirkan rencana ambisius: membangun jalur Mass Rapid Transit (MRT) yang akan menghubungkan Tangsel dengan pusat-pusat aktivitas ibu kota. Sebagai wakil rakyat, saya menyambut baik visi untuk menghadirkan transportasi publik modern yang efisien dan berkelanjutan. Namun, saya tidak bisa menutup mata terhadap satu persoalan mendasar yang justru belum juga diselesaikan dengan serius: sampah.
Hari ini, kita melihat tumpukan sampah berserakan di berbagai sudut kota—dari pasar, pemukiman, hingga kawasan perbatasan. TPS overload, armada pengangkut tidak merata, dan pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat belum berjalan optimal. Pertanyaannya sederhana, apakah kita ingin membangun MRT di atas gunungan sampah?
Data Dinas Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa Tangsel menghasilkan lebih dari 800 ton sampah per hari, namun hanya sebagian kecil yang benar-benar diolah secara berkelanjutan. Sisanya dibuang ke TPA Cipeucang yang sudah lama memasuki masa kritis. Bahkan program-program seperti bank sampah dan pemilahan di sumber masih bersifat simbolik, belum menjadi budaya.
Pembangunan MRT membutuhkan investasi besar, lintas kewenangan, dan waktu bertahun-tahun. Sementara itu, permasalahan sampah adalah persoalan harian yang dampaknya langsung terasa oleh warga, bau, banjir, pencemaran air tanah, hingga masalah kesehatan.
Sebagai anggota DPRD, saya mendorong agar Pemkot Tangsel bersikap proporsional dan realistis. Kita boleh bermimpi besar, tapi kita juga harus menyelesaikan persoalan paling dasar. MRT penting, namun kebersihan kota adalah fondasi peradaban.
Saya mengajak Wali Kota dan jajarannya untuk menetapkan prioritas yang berpihak pada kebutuhan mendesak rakyat. Mari benahi sistem persampahan kita dengan pendekatan sistemik, reformasi kebijakan, edukasi publik, kolaborasi dengan swasta, dan penguatan partisipasi warga. Barulah kita bicara soal MRT, LRT, atau proyek-proyek prestisius lainnya. Tangsel tidak kekurangan mimpi. Yang kita butuhkan adalah urutan kerja yang benar.
