Langkah besar sedang dirancang untuk memperkuat otot pertahanan Indonesia. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono mengungkapkan wacana penting: tiap matra di TNI direncanakan akan menerima jatah 20 unit pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Rencana ini muncul sebagai bagian dari dorongan untuk memperkuat sistem pertahanan negara lewat pengembangan industri pertahanan lokal.
“Ke depan harapannya masing-masing matra memiliki 20 pesawat CN-235. Jadi kita bicara tiga matra, ya sekitar 60 unit,” ujar KSAU dalam keterangan pers usai kunjungannya ke PT DI di Bandung. Ia menambahkan bahwa pesawat-pesawat tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing matra, baik sebagai angkut personel maupun pesawat intai.
Pesawat CN-235 sendiri bukan pemain baru di dunia militer. Dengan kemampuan angkut yang mumpuni serta desain modular yang fleksibel, pesawat ini dinilai cocok untuk berbagai operasi militer dan kemanusiaan. PT DI juga terus meningkatkan kualitas dan teknologi produksinya agar dapat menjawab kebutuhan TNI sekaligus membuka peluang ekspor ke negara-negara sahabat.
Menariknya, PT DI sendiri sebelumnya sempat mendapat dukungan penuh dari Presiden Joko Widodo agar lebih agresif dalam memproduksi pesawat CN-235. Bahkan sempat dibahas agar kapasitas produksi ditingkatkan dari dua unit per tahun menjadi 8–24 unit per tahun dalam waktu dekat. Dorongan ini sejalan dengan ambisi Indonesia menjadi negara mandiri di sektor industri dirgantara.
Langkah ini pun mendapat sorotan dari berbagai pihak, terutama karena menyangkut anggaran besar dan kesiapan PT DI dalam memproduksi secara massal. Namun KSAU meyakinkan bahwa program ini tidak hanya realistis, tetapi juga strategis untuk memperkuat posisi Indonesia di kawasan. “Kita harus yakin dengan kemampuan industri kita sendiri. Ini momentum yang harus kita manfaatkan,” tutup Tonny Harjono.