Di tengah krisis kemanusiaan yang membara di Gaza, muncul pernyataan mengejutkan dari sosok penting dunia Islam: Sheikh Abdurrahman As-Sudais. Ulama ternama yang juga menjabat Imam Besar Masjidil Haram ini dikabarkan mengimbau masyarakat untuk tidak ikut membahas konflik Gaza secara terbuka.
Imbauan ini sontak menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat. Banyak yang bertanya-tanya, mengapa suara pembelaan terhadap Palestina justru dibatasi, terlebih oleh sosok ulama yang memiliki pengaruh besar di dunia Islam?
Sheikh As-Sudais dikenal sebagai tokoh berpengaruh dalam institusi keagamaan Saudi. Ia juga memimpin General Presidency for the Affairs of the Two Holy Mosques, lembaga strategis yang mengelola Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Selama ini, beliau sering menggaungkan pesan damai dan persatuan, namun sikap terbaru ini membuat sebagian umat merasa kecewa.
Kritik pun bermunculan dari berbagai penjuru. Banyak pihak menilai bahwa membungkam pembicaraan tentang Gaza justru mencederai semangat solidaritas umat Islam. Terlebih, saat dunia menyaksikan kekejaman yang terus terjadi terhadap warga sipil Palestina.
Apakah ini bagian dari pendekatan politik luar negeri Kerajaan? Atau hanya salah tafsir dari maksud sang ulama? Yang jelas, suara publik kini semakin nyaring mempertanyakan: di mana posisi dunia Islam saat Gaza bersimbah darah?