
Oleh: HI News — Sinyal pergeseran besar dalam lanskap geopolitik dan ekonomi global mulai tampak. Perdana Menteri Jepang baru-baru ini mengkritik kebijakan tarif impor Amerika Serikat, menandai babak baru dalam hubungan antara dua sekutu lama tersebut. Jepang, yang selama beberapa dekade menjadi pilar utama aliansi ekonomi dan militer AS di Asia Timur, kini menunjukkan tanda-tanda kemandirian arah kebijakan luar negeri dan perdagangan.
Langkah Tokyo itu bukan tanpa alasan. Sejak era Presiden Donald Trump, kebijakan proteksionisme Amerika—melalui peningkatan tarif, renegosiasi perjanjian dagang, hingga retorika “America First”—menyebabkan ketegangan dengan banyak mitra tradisionalnya. Jepang, yang selama ini cenderung moderat dalam menyikapi isu semacam ini, akhirnya mengambil posisi yang lebih tegas.“Industri kami tidak bisa terus dikorbankan oleh kebijakan yang tidak mempertimbangkan kepentingan bersama,” ujar seorang pejabat senior Jepang dalam pertemuan regional baru-baru ini.
Erosi Aliansi Tradisional Barat Jepang bukan satu-satunya negara yang mulai mengambil jarak dari Washington. Di Eropa, Jerman dan Prancis telah menunjukkan ketidaknyamanan terhadap tekanan tarif Amerika. Uni Eropa bahkan secara aktif menjajaki perjanjian dagang baru dengan negara-negara Asia dan Amerika Latin tanpa melibatkan AS.

Sementara itu, Kanada dan Meksiko sempat terjebak dalam negosiasi ulang NAFTA yang alot, hingga akhirnya membentuk USMCA yang sarat ketegangan. Bahkan Inggris, yang selama ini menjadi mitra utama AS, mulai membuka jalur perdagangan lebih erat dengan China dan kawasan Indo-Pasifik setelah Brexit.
Menuju Dunia Multipolar Gelagat negara-negara besar Barat dan Asia untuk tidak lagi bergantung sepenuhnya pada Amerika menunjukkan pergeseran menuju tatanan dunia multipolar. Di tengah naiknya kekuatan ekonomi China, dan semakin aktifnya India serta ASEAN, negara-negara sekutu AS tampaknya tidak lagi merasa nyaman bergantung hanya pada satu kekuatan.
Jepang, dengan pengalaman panjang dan teknologi tinggi, berada di posisi strategis untuk menjadi jembatan antara Timur dan Barat. Namun sikap beraninya terhadap kebijakan ekonomi AS adalah sinyal bahwa bahkan sekutu terdekat pun kini siap untuk berkata “tidak” jika kepentingan nasional mereka terancam.

Pertanyaan Besar ke Depan Apakah ini awal dari berakhirnya dominasi global Amerika dalam tatanan ekonomi dunia? Ataukah hanya fase sementara dari penyesuaian ulang kekuasaan global? Yang pasti, dunia sedang menyusun ulang peta pengaruh, dan Jepang baru saja memindahkan salah satu bidaknya ke petak yang berbeda. (ABS)