Hubungan antara Israel dan Iran kembali memanas, memicu kekhawatiran akan potensi konflik berskala besar di Timur Tengah. Salah satu perkembangan terbaru yang menambah ketegangan adalah laporan mengenai kunjungan rahasia tujuh ahli nuklir Rusia ke Teheran sepanjang tahun lalu. Para spesialis rudal senior ini, termasuk dua kolonel dan dua letnan kolonel, dilaporkan melakukan perjalanan dari Moskow ke Teheran pada 24 April dan 17 September 2024.
Kehadiran para ahli Rusia tersebut menimbulkan spekulasi mengenai kemungkinan peningkatan kapasitas nuklir Iran. Situasi ini semakin diperparah oleh laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang menyebutkan bahwa Iran mempercepat pengayaan uranium hingga 60%, mendekati level untuk pembuatan senjata nuklir.
Menanggapi perkembangan ini, Israel mempertimbangkan opsi serangan preemptif untuk mencegah Iran mencapai kemampuan nuklir penuh. Namun, tindakan semacam itu berpotensi memicu konflik regional yang lebih luas. Rusia, melalui Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov, memperingatkan bahwa konfrontasi militer langsung antara Israel dan Iran dapat memiliki konsekuensi global yang serius, mengingat potensi keterlibatan kekuatan nuklir.
Sementara itu, penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran memperingatkan bahwa jika fasilitas nuklir Iran diserang, Teheran mungkin akan mengubah doktrin nuklirnya, yang dapat memiliki implikasi signifikan selama dan setelah konflik potensial.
Ketegangan yang meningkat antara Israel dan Iran ini menyoroti kompleksitas geopolitik di Timur Tengah dan pentingnya diplomasi dalam mencegah eskalasi lebih lanjut.