Medan – Seorang siswa sekolah dasar di Sumatera Utara mengalami kebutaan akibat kekurangan nutrisi penting yang disebabkan oleh pola makan tidak sehat sejak masa balita. Anak tersebut diketahui sejak kecil terbiasa mengonsumsi makanan cepat saji (junk food) dan hampir tidak pernah makan sayur atau buah.
Kondisi ini terungkap setelah dokter dari Rumah Sakit Mata Mencirim 77 melakukan pemeriksaan mendalam terhadap sang anak yang mengeluh tidak bisa melihat. Diagnosa awal menyebutkan bahwa kebutaan ini bukan berasal dari infeksi atau trauma fisik, melainkan dari kekurangan vitamin vital, khususnya vitamin A. “Anak ini murni mengalami gangguan penglihatan karena kurang gizi, terutama dari jenis makanan yang dikonsumsinya sejak usia sangat dini,” ujar salah satu dokter spesialis mata dari rumah sakit tersebut.
Menurut penuturan orang tua, anak tersebut memang sejak kecil sulit makan sayur. Untuk menyiasatinya, keluarga cenderung memberikan makanan instan seperti nugget, mie instan, serta makanan cepat saji lainnya demi kepraktisan dan agar anak tetap makan.
Pola makan semacam ini, menurut para ahli gizi, sangat berisiko mengganggu tumbuh kembang anak. Vitamin A, C, dan E, serta mineral seperti zat besi dan seng, memiliki peran vital dalam menjaga kesehatan mata, sistem imun, dan fungsi organ tubuh. Kekurangan nutrisi dalam jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti yang terjadi pada kasus ini.
Langkah Pencegahan dan SolusiPakar gizi anak menyarankan agar orang tua mulai mengenalkan makanan sehat sejak bayi memasuki usia MPASI (makanan pendamping ASI). Menurut dr. Rini Astuti, Sp.GK, spesialis gizi klinik, kesalahan umum yang kerap terjadi adalah membiarkan anak terbiasa dengan makanan cepat saji karena alasan anak susah makan.“Penting untuk membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini, bukan justru mengikuti selera anak yang menolak sayur,” katanya.
Beberapa solusi yang bisa dilakukan antara lain :
- Mengolah sayur dengan cara kreatif, seperti dijadikan nugget atau smoothie.
- Makan bersama sebagai keluarga agar anak bisa meniru pola makan orang tuanya.
- Mengurangi frekuensi pemberian camilan tinggi gula atau garam, dan menggantinya dengan buah-buahan segar.
- Konsultasi ke ahli gizi jika anak mengalami kesulitan makan yang ekstrem.

Pentingnya Gizi dalam Masa Pertumbuhan
Kejadian ini menjadi peringatan bagi banyak keluarga Indonesia, terutama di era digital saat ini di mana makanan cepat saji semakin mudah diakses. Anak-anak membutuhkan asupan nutrisi lengkap untuk mendukung pertumbuhan fisik, perkembangan otak, serta ketahanan tubuh.
Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menyampaikan keprihatinan dan mengimbau orang tua lebih cermat dalam menyusun menu harian anak. Mereka juga menekankan pentingnya program edukasi gizi di tingkat sekolah dasar sebagai bagian dari kurikulum kesehatan. “Kasus ini bukan yang pertama, dan tidak boleh jadi kebiasaan,” tegas salah satu pejabat Dinas Kesehatan Sumut. (ABS)