Di tengah derasnya arus digitalisasi global, dunia startup berkembang pesat dan menjelma sebagai kompas masa depan ekonomi dan teknologi sebuah negara. Baru-baru ini, sebuah infografis viral di media sosial memicu perdebatan tajam: membandingkan arah startup di India dan China. Visual yang tampak sederhana itu menyimpan makna dalam—menggambarkan dua kutub ekstrem dalam membangun ekosistem startup: satu fokus pada konsumsi, satu lagi menggarap fondasi teknologi jangka panjang.
India: Startup yang Dimanja Konsumerisme?
Dilihat dari realitas yang digambarkan, banyak startup India saat ini terlihat lebih sibuk melayani kebutuhan gaya hidup kelas menengah dan atas. Mulai dari layanan antar makanan, belanja instan, hingga platform fantasi olahraga dan taruhan online, sektor ini dinilai hanya mengalihkan potensi anak muda menjadi tenaga kerja upahan demi memuaskan kenyamanan pasar.
Bahkan tren produk seperti makanan ringan “sehat” atau es krim rendah kalori dianggap lebih sebagai kemasan branding ketimbang solusi kesehatan sungguhan. Di saat bersamaan, budaya influencer dan konten video pendek justru berkembang pesat, memicu ekosistem digital yang lebih fokus pada hiburan instan daripada pembangunan kapasitas intelektual atau teknologi inovatif.
China: Startup Sebagai Pilar Teknologi Global
Berbeda 180 derajat, peta startup China menunjukkan arah yang lebih serius dan terstruktur: membangun kekuatan di sektor-sektor strategis. Negara ini telah menjadi pemimpin dalam kendaraan listrik, baterai, dan kecerdasan buatan, lewat perusahaan-perusahaan raksasa seperti BYD dan Huawei. Di balik itu, China juga membangun kekuatan logistik dan manufaktur melalui Alibaba, DJI, dan Shein yang kini mendominasi pasar global.
Tak hanya itu, investasi masif dalam chip semikonduktor, kereta cepat, energi terbarukan, hingga program luar angkasa menegaskan bahwa startup di China bukan hanya soal profit, tapi strategi nasional jangka panjang.
Realitas Kompleks dan Jalan Panjang
Tentu, perbandingan ini tidak hitam-putih. Infografis tersebut memang menyederhanakan kompleksitas yang ada. India pun memiliki deretan startup canggih di bidang fintech, AI, hingga eksplorasi luar angkasa. Namun dominasi startup berbasis konsumerisme menunjukkan bahwa investor dan pasar cenderung memilih solusi instan, bukan inovasi fundamental.
Perbedaan orientasi ini mencerminkan prioritas yang sangat kontras: antara mengejar kenyamanan hari ini atau membangun fondasi keunggulan masa depan.
Catatan Penting untuk Indonesia
Indonesia seharusnya tak sekadar menjadi penonton. Dengan ekosistem digital yang tumbuh pesat dan demografi muda yang potensial, pilihan arah pembangunan startup menjadi krusial. Apakah hanya akan fokus pada aplikasi pemuas instan, atau berani membina talenta dan teknologi strategis yang bisa bersaing secara global?
Startup bukan cuma bisnis. Mereka adalah perpanjangan tangan dari kedaulatan digital dan masa depan ekonomi sebuah bangsa.
