
Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) tengah bersiap melakukan langkah drastis: memangkas hingga 10 persen dari total tenaga kerjanya. Sekitar 2.100 pegawai berpotensi kehilangan pekerjaan, menjadikan ini salah satu perampingan terbesar dalam sejarah lembaga tersebut.
Sinyal pemutusan hubungan kerja massal ini diawali dengan penawaran program pengunduran diri sukarela kepada pegawai yang memenuhi syarat. Skema ini disebut sebagai bagian dari strategi efisiensi dan restrukturisasi internal The Fed di tengah tekanan ekonomi dan inflasi tinggi.
Dengan jumlah karyawan mencapai sekitar 21 ribu orang yang tersebar di 12 kantor regional, kebijakan ini mencerminkan perubahan besar dalam tubuh institusi keuangan paling berpengaruh di dunia. Belum ada kepastian kapan gelombang PHK akan dimulai, namun sumber internal menyebutkan prosesnya akan bergulir dalam waktu dekat.
Langkah ini dinilai mengejutkan, mengingat The Fed selama ini dikenal stabil secara institusional. Namun kebijakan moneter yang ketat dan kebutuhan efisiensi membuat organisasi ini tak lagi kebal terhadap tekanan.
Kita memasuki era dimana tatanan dunia segera berubah dengan hadirnya teknologi yang semakin maju, dampak ekonomi yang dirasakan tak hanya dirasakan oleh Amerika Serikat saja, dengan melemahnya Ekonomi USA akan berdampak domino kepada ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia sendiri, Pemerintah diharapkan melakukan langkah-langkah cepat dan efektif guna mengantisipasi hal ini. (ABS)