Oleh : Helsya, S.E., M.E
Executive Director STRIVE (Strategic Research Institute for Value-based Economics)
1. Pendahuluan: Realita Hari Ini, Ekonomi Terasa Berat
Tak bisa dipungkiri, belakangan ini kita semakin sering mendengar keluhan: “Harga naik terus, penghasilan segitu-gitu saja.” Media ramai membahas ekonomi yang lesu, daya beli masyarakat melemah, lapangan kerja terbatas, hingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang fluktuatif tanpa arah.
Di sisi lain, banyak orang mulai kehilangan harapan, merasa usaha sia-sia karena ekonomi tak kunjung membaik.
Namun, di tengah situasi penuh ketidakpastian ini, mungkin saatnya kita melihat ke belakang — bukan untuk bernostalgia, tapi untuk belajar. Ada satu konsep ekonomi yang pernah membangkitkan peradaban dari keterpurukan: Ekonomi Tauhid.
—
2. Apa Itu Ekonomi Tauhid?
Ekonomi Tauhid bukan sekadar sistem keuangan berbasis syariah. Ia adalah fondasi spiritual yang menjadikan Allah sebagai pusat dari segala aktivitas ekonomi. Bukan hanya soal halal dan haram, tetapi soal niat, tujuan, dan cara mengelola rezeki dengan kesadaran ilahiah.
Dalam Ekonomi Tauhid, manusia bukan sekadar pencari nafkah, tapi pemegang amanah. Keuntungan bukan hanya soal margin, tetapi tentang manfaat yang tersebar luas. Transaksi bukan sekadar tukar barang, tapi ibadah yang berdampak sosial.
—
3. Jejak Rasulullah SAW: Membangun Ekonomi dari Akar Tauhid
Sejarah mencatat, Rasulullah SAW membangun tatanan ekonomi yang kokoh di tengah krisis sosial dan ekonomi di jazirah Arab. Saat pasar dikuasai praktik riba, penipuan, dan ketimpangan yang parah, beliau tidak membangun ekonomi dari pinjaman besar atau intervensi negara, tapi dari pasar yang jujur, bebas, dan beretika.
Pasar Madinah yang beliau dirikan menjadi titik balik kebangkitan ekonomi umat. Pedagang bersaing sehat, harga tidak dipermainkan, dan kepercayaan publik tumbuh. Inilah ekonomi yang berjiwa — mengutamakan keadilan, kejujuran, dan keberkahan.
Kata Rasulullah, “Sesungguhnya para pedagang yang jujur dan amanah kelak akan bersama para nabi, orang-orang benar, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi)
—
4. Keterkaitan dengan Ekonomi Mikro dan Makro
Ekonomi Tauhid tak hanya berhenti pada transaksi individual. Ia memiliki dimensi luas — dari skala rumah tangga (mikro) hingga kebijakan negara (makro):
Ekonomi Mikro: mendorong pelaku usaha kecil agar menjalankan bisnis secara etis, tidak menzalimi konsumen, dan memperkuat basis usaha yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Ekonomi Makro: menekankan pentingnya distribusi kekayaan yang adil. Negara didorong untuk mengembangkan kebijakan berbasis keadilan sosial: zakat, subsidi produktif, pengelolaan wakaf, dan dukungan terhadap UMKM.
Berbeda dengan ekonomi modern yang kadang hanya mengejar pertumbuhan angka, ekonomi tauhid menekankan kualitas pertumbuhan — tidak hanya tinggi, tapi merata, adil, dan berdampak nyata.
—
5. Saat IHSG Goyah, Kita Butuh Pegangan Nilai
Pergerakan IHSG mencerminkan emosi kolektif pelaku pasar: cepat panik, mudah euforia. Sayangnya, nilai-nilai spiritual jarang hadir dalam analisa ekonomi modern. Padahal, ekonomi bukan hanya soal prediksi dan grafik, tapi juga tentang rasa aman, ketenangan, dan keberkahan.
Ekonomi Tauhid hadir menawarkan pegangan nilai — bahwa usaha yang dibangun dengan jujur dan sabar akan selalu punya tempat di tengah dinamika zaman. Keuntungan tidak selalu terlihat di neraca laba rugi, tapi tercermin dalam kualitas hidup yang lebih damai.
—
6. Saat Dunia Lesu, Ekonomi Tauhid Jadi Jalan Keluar
Di tengah ekonomi yang melemah, kita butuh lebih dari sekadar stimulus fiskal. Kita butuh kesadaran spiritual yang mendorong produktivitas, bukan ketakutan. Rasulullah pun memulai ekonomi dari nol — tanpa bank sentral, tanpa stimulus APBN — tapi dengan keyakinan dan kerja keras yang berlandaskan iman.
Jangan tunggu kondisi ideal untuk memulai. Justru dalam kondisi sulit, kita bisa menjadi pionir perubahan. Mulailah dari usaha kecil yang berkah, pekerjaan yang halal, dan cara hidup yang sederhana namun bernilai.
Seperti pesan Al-Qur’an:
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2-3)
—
7. Penutup: Ekonomi Tauhid adalah Jalan Kehidupan
Ekonomi Tauhid bukan hanya solusi krisis ekonomi. Ia adalah jawaban atas krisis moral, krisis keadilan, dan krisis makna hidup. Ketika ekonomi dijalankan dengan kesadaran tauhid, kita tidak hanya menciptakan pertumbuhan, tapi juga menanam kebaikan yang terus bertumbuh.
Ekonomi bukan sekadar angka di kertas, tapi tentang kehidupan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih bermakna.