Dimethyl Ether (DME) kini tengah menjadi perbincangan hangat sebagai alternatif pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. DME adalah senyawa eter sederhana dengan rumus kimia CH₃OCH₃, berbentuk gas pada suhu ruang, dan dapat dicairkan mirip dengan LPG. Keunggulan utama DME terletak pada dampaknya yang minimal terhadap lingkungan, karena mudah terurai di udara, tidak merusak lapisan ozon, serta mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20%.
Pemerintah Indonesia melihat potensi besar DME sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan impor LPG, yang saat ini mencapai 75% dari total konsumsi nasional. Dengan memanfaatkan batu bara berkalori rendah sebagai bahan baku, produksi DME diharapkan dapat memenuhi kebutuhan energi domestik secara mandiri. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, menyatakan bahwa pengembangan DME diarahkan untuk mensubstitusi penggunaan LPG, mengingat tingginya ketergantungan impor yang berdampak pada ketahanan energi nasional.
Namun, tantangan ekonomi dalam produksi DME masih menjadi perhatian. Wakil Ketua MPR dari Fraksi PAN, Eddy Soeparno, menekankan pentingnya kajian mendalam terkait keekonomian proyek DME. Beliau mengungkapkan bahwa biaya bahan baku batu bara dengan kalori 4000-4200 cukup tinggi, sehingga harga produk DME berpotensi lebih mahal dibandingkan impor LPG. Eddy mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan peningkatan kapasitas produksi LPG dalam negeri sebagai alternatif sementara, sambil menunggu teknologi produksi DME menjadi lebih terjangkau.
Meskipun demikian, proyek gasifikasi batu bara menjadi DME terus berlanjut di era pemerintahan Presiden Prabowo. Proyek ini dianggap strategis untuk mengurangi impor LPG dan meningkatkan kemandirian energi nasional. Gas DME, yang berbasis batu bara kalori rendah, dirancang sebagai substitusi impor bahan bakar LPG, sehingga dapat mengurangi beban impor dan memperkuat ketahanan energi Indonesia.
Dengan berbagai keunggulan dan tantangan yang ada, pengembangan DME sebagai pengganti LPG memerlukan perencanaan matang dan kolaborasi antara pemerintah, industri, serta masyarakat. Jika berhasil diimplementasikan dengan efektif, DME berpotensi menjadi solusi energi yang lebih hemat biaya dan ramah lingkungan bagi Indonesia.
Untuk memahami lebih lanjut tentang DME dan potensinya sebagai pengganti LPG, Anda dapat menonton video berikut: