Dunia bisnis digital Indonesia kembali diguncang kabar besar. Grab, perusahaan teknologi raksasa asal Singapura, dikabarkan tengah melakukan proses uji tuntas atau due diligence untuk mengakuisisi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Proses ini disebut-sebut menjadi sinyal awal dari aksi korporasi besar yang bisa mengubah arah persaingan ekosistem digital di Tanah Air.
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa Grab mulai mendalami potensi akuisisi ini dengan nilai saham GoTo yang dipatok di atas Rp100 per lembar. Proses evaluasi ini dilakukan secara cermat dan mendalam, menunjukkan keseriusan Grab dalam memperluas pengaruhnya di pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. “Ini bukan transaksi biasa, tapi potensi konsolidasi besar yang bisa mengubah lanskap startup regional,” kata Rivan Alamsyah, analis ekonomi digital dari Jakarta Tech Institute.
Jika akuisisi ini terealisasi, bukan hanya sektor transportasi daring yang terdampak. Grab diperkirakan akan memperkuat lini e-commerce lewat Tokopedia dan memperluas penetrasi layanan keuangan digital melalui GoTo Financial. Ini berarti satu ekosistem super-app regional yang mendominasi hampir seluruh lini kebutuhan digital masyarakat — dari ojek online, belanja, pembayaran, hingga pinjaman mikro.
Meski demikian, langkah ini memunculkan berbagai pertanyaan. Apakah akuisisi ini akan menguntungkan ekosistem UMKM lokal? Bagaimana dampaknya bagi mitra pengemudi dan pelaku usaha kecil yang selama ini bergantung pada platform GoTo? Ketua Umum Asosiasi UMKM Digital Indonesia, Hendra Wibowo, menegaskan, “Akuisisi harus membawa keberlanjutan dan inklusivitas. Jangan sampai justru mempersempit ruang pelaku lokal.”
Sampai saat ini, pihak Grab maupun GoTo masih belum memberikan pernyataan resmi terkait rumor tersebut. Namun pergerakan saham GoTo yang menunjukkan lonjakan volume transaksi akhir-akhir ini semakin memperkuat spekulasi bahwa sesuatu yang besar memang sedang terjadi. Jika benar langkah ini diwujudkan, maka publik bisa menyaksikan transformasi besar dalam wajah industri digital nasional — dari kompetisi menuju dominasi tunggal