
Foto: Masjid Bilal terlihat rusak akibat serangan udara India di Muzaffarabad, ibu kota Kashmir yang dikelola Pakistan, 7 Mei 2025. (REUTERS/Akhtar Soomro)
Jakarta, HI News – Konflik bersenjata yang sedang berlangsung antara India dan Pakistan di wilayah Kashmir membuka celah strategis yang dapat dimanfaatkan oleh China. Negara yang dipimpin Xi Jinping dinilai berpotensi mendapatkan akses terhadap informasi krusial dari sistem persenjataan dan jet tempur yang digunakan Pakistan.
Menurut sejumlah analis dan diplomat, keuntungan tersebut dapat meningkatkan posisi China dalam rivalitasnya dengan India. Modernisasi militer Negeri Tirai Bambu memungkinkan mereka memantau aktivitas India dari berbagai sudut. “Secara intelijen, ini adalah kesempatan yang sangat jarang terjadi,” ujar Alexander Neill, analis pertahanan yang berbasis di Singapura, dikutip dari Reuters, Sabtu (10/5/2025).
Dua pejabat Amerika Serikat mengungkapkan bahwa jet tempur J-10 buatan China yang dioperasikan Pakistan telah berhasil menembak jatuh sedikitnya dua pesawat militer India. Salah satu korban disebut sebagai jet Rafale buatan Prancis.
Hingga saat ini, India belum mengakui adanya kerugian tersebut. Sementara itu, pihak Pakistan melalui pernyataan dari menteri pertahanan dan luar negeri mengonfirmasi keterlibatan jet J-10, namun menolak berkomentar mengenai jenis rudal atau senjata lainnya yang dipakai.

Peristiwa ini menjadi momen langka bagi berbagai kekuatan militer global untuk menganalisis performa jet tempur, keahlian pilot, serta efektivitas rudal udara-ke-udara dalam situasi tempur nyata. Informasi seperti ini sangat penting untuk pengembangan strategi pertahanan udara masa depan.
India dan China sejak lama dikenal sebagai pesaing strategis, terutama dalam sengketa perbatasan di kawasan Himalaya yang telah berlangsung sejak 1950-an dan memicu perang singkat pada 1962. Ketegangan terbaru yang mencuat sejak 2020 mulai mereda usai tercapainya kesepakatan patroli bersama. Meski demikian, kedua negara tetap memperkuat instalasi militer mereka di sepanjang perbatasan.China, di sisi lain, memiliki keunggulan dalam pengumpulan intelijen berkat jaringan satelit militernya.
Berdasarkan data dari International Institute for Strategic Studies (IISS) di London, China saat ini mengoperasikan 267 satelit, termasuk 115 unit untuk keperluan intelijen dan pengawasan, serta 81 lainnya yang difokuskan untuk pengintaian sinyal dan komunikasi militer. Ini menjadikan kapasitas intelijen China jauh melampaui negara-negara pesaing di kawasan. “Dalam hal pemantauan rudal dan kemampuan ruang angkasa, China kini memiliki keunggulan signifikan,” kata Neill.
Kementerian Pertahanan China belum memberikan tanggapan terkait penyebaran satelit maupun aktivitas pengumpulan informasi militernya. Demikian pula dengan otoritas Pakistan, termasuk sayap media militernya, yang belum merespons permintaan klarifikasi soal kemungkinan berbagi informasi dengan China.
Meski begitu, Pakistan selama ini menyatakan memiliki hubungan kemitraan strategis yang erat dengan China. Sementara dari pihak India, belum ada pernyataan resmi terkait isu ini. Namun, Komisaris Tinggi India untuk Inggris, Vikram Doraiswami, mengatakan dalam wawancara dengan Sky News bahwa kerja sama antara Pakistan dan China tidak menjadi kekhawatiran utama bagi India. (ABS)