Di tengah banyaknya perusahaan yang mengandalkan pinjaman untuk ekspansi, ada beberapa emiten di Indonesia yang justru bisa bertahan tanpa utang sama sekali. Mereka tidak memiliki pinjaman dari bank maupun obligasi, tetapi tetap memiliki posisi keuangan yang solid.
1. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
Perusahaan yang dikenal dengan produk Tolak Angin ini mencatatkan kas dan setara kas sebesar Rp855,56 miliar pada 2024, naik 3,06% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan free cash flow mencapai Rp1,1 triliun secara Twelve Trailing Month (TTM), SIDO mampu melakukan ekspansi tanpa perlu berutang.
2. PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES)
Sebagai emiten yang bergerak di bidang ritel perlengkapan rumah tangga, ACES tidak memiliki utang bank maupun obligasi. Untuk mendukung operasionalnya, arus kas operasionalnya tetap positif sebesar Rp483 miliar hingga September 2024. Selain itu, kas dan setara kas mencapai Rp1,72 triliun, meskipun turun dari Rp2,12 triliun di akhir 2023. Namun, nilai kas tersebut masih setara dengan 30% dari total aset lancar perusahaan.
3. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)
Sebagai jaringan department store ternama, RALS juga bebas utang. Meski begitu, perusahaannya tetap bertahan dengan kas sebesar Rp1,03 triliun per akhir 2024, meskipun mengalami penurunan 13,75% dari tahun sebelumnya. Operasional perusahaan tetap lancar dengan arus kas operasional mencapai Rp776,23 miliar.
4. PT Merck Tbk (MERK)
Perusahaan farmasi ini juga tidak memiliki utang bank maupun obligasi. Hingga September 2024, kas dan setara kas MERK tercatat Rp76,67 miliar, sementara arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp26,81 miliar. Meski demikian, angka ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp149,64 miliar.
5. PT Bayu Buana Tbk (BAYU)
Perusahaan yang bergerak di bidang travel ini memiliki kondisi keuangan yang sangat kuat. Kas dan setara kasnya mencapai Rp607,67 miliar pada September 2024, naik 12,85% dibandingkan akhir tahun sebelumnya. Bahkan, nilai kas per saham lebih tinggi dari harga saham di pasar. Pada 27 Maret 2025, harga saham BAYU berada di Rp1.170 per lembar, sedangkan nilai kas per sahamnya mencapai Rp1.720.
Menurut analis keuangan, perusahaan yang bebas utang memiliki risiko keuangan lebih rendah dan daya tahan lebih kuat saat terjadi gejolak ekonomi. Hal ini menjadikan emiten-emiten tersebut pilihan menarik bagi investor yang mengutamakan stabilitas dan keamanan investasi.